Adhitya Gandaryus Saputro*, Arifin Luthfi Maulana,Fadjar Fathurrahman, Ganes Shukri, Muhammad Haris Mahyuddin, Mohammad Kemal Agusta, Triati Dewi Kencana Wungu, Hermawan Kresno Dipojono
International Journal of Hydrogen Energy, 2021
doi: https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2021.02.009
Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia saat ini. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi gas CO2 di bumi adalah dengan cara mengkonversi gas ini menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti metanol (CH3OH). Metanol ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk gas sintetis, media penyimpan hidrogen, maupun sebagai sumber bahan bakar terbarukan.
Metanol ini dapat diproduksi melalui proses hidrogenasi gas CO2 yang tentu saja melibatkan gas CO2 dan hidrogen (H2). Gas CO2 dapat ditangkap dari berbagai sumber emisi seperti kendaraan bermotor, pembangkit listrik atau dari pabrik-pabrik di kawasan industri. Gas H2 dapat diperoleh dari reaksi pembelahan air menjadi H2 dan oksigen (O2) melalui proses fotokatalisis dengan memanfaatkan katalis berbasis logam-oksida atau melalui proses elektrolisis dengan memanfaatkan arus listrik yang dibangkitkan oleh sel surya atau turbin angin. Mengingat Indonesia sangat kaya akan cahaya matahari dan energi angin, maka skema hidrogenasi gas CO2 dengan gas H2 yang diproduksi dari sumber bersih yang terbarukan ini sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia.
Pada prakteknya, hidrogenasi CO2 biasa dilakukan dengan menggunakan katalis berbasis permukaan logam seperti tembaga (Cu) pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi. Namun sayangnya, persentase konversi gas CO2 pada katalis tembaga masih belum memuaskan. Oleh karena itu, pengembangan katalis baru yang mampu meningkatkan nilai persentase konversi CO2 dengan kondisi reaksi yang lebih ramah (temperatur dan tekanan rendah) masih sangat dibutuhkan.
Pada paper ini, kami mengajukan katalis baru berbasis logam palladium berukuran subnanometer (Pdx) yang didoping dengan logam transisi Cu, Ni, Pt, dan Rh. Katalis logam subnanometer merukan suatu cluster logam yang jumlah atom penyusunnya hanya dalam orde satuan hingga belasan atom saja. Katalis subnanometer seperti ini telah berhsail disintesis menggunakan beberapa metode seperti metode soft-landed, mass-selected cluster deposition, maupun atomic layer deposition (ALD).
Mengapa kami menggunakan subnanometer cluster palladium sebagai katalis konversi CO2 menjadi metanol??? Meskipun permukaan logam palladium murni (Pd bulk: ukuran besar) mampu membelah gas H2 dengan sangat mudah, sebenarnya, palladium merupakan katalis konversi CO2 yang buruk. Artinya, Ketika permukaan palladium diekspos dengan gas CO2 dan H2 (yang merupakan bahan baku konversi CO2 menjadi metanol), permukaan ini hanya mampu membelah gas H2 saja tanpa membantu proses hidrogenasi CO2 menjadi metanol. Namun demikian, pada penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa apabila logam palladium ini berbentuk subnanometer cluster (Pdx) yang sangat kecil (bukan dalam bentuk permukaan bulk Pd), ternyata cluster Pdx mampu memfasilitasi proses konversi CO2 menjadi metanol dengan performa yang sangat baik bila dibandingkan dengan permukaan Pd bulk [2]. Oleh karena itu, kami menggunakan subnanometer cluster Pdx sebagai model katalis pada penelitian di paper ini. Penambahan doping Cu, Ni, Pt, dan Rh (PdxM: M= Cu, Ni, Pt, dan Rh) diharapkan mampu meningkatkan aktivitas katalitik dari cluster Pdx.
Proses konversi gas CO2 menjadi metanol melalui proses hidrogenasi merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan beberapa kemungkinan jalur reaksi. Jalur reaksi yang umum ditemukan pada proses ini adalah (1) jalur formate dan (2) jalur reverse water gas shift (RWGS) + hidrogenasi CO seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (jalur kiri = jalur formate; jalur kanan = RWGS + hidrogenasi CO).
Gambar 1. Jalur reaksi hidrogenasi CO2 menjadi metanol
Kami menemukan bahwa reaksi hidrogenasi CO2 menjadi metanol pada subnanometer cluster PdxM memiliki preferensi untuk menempuh jalur formate, seperti pada katalis industri yang berbasis tembaga. Kami juga menemukan bahwa subnanometer cluster Pdx dengan doping nikel (PdxNi) ternyata memiliki performa katalitik yang dapat melampaui performa katalis tembaga, bahkan pada tekanan yang relatif lebih rendah dari kondisi standar industri !!! Hal ini disebabkan karena cluster PdxNi secara signifikan mampu menurunkan energi aktivasi dari beberapa reaksi elementer penting yang terlibat dalam proses hidrogenasi CO2 menjadi metanol.
Hasil penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan subnanometer cluster paduan Pd-Ni memiliki potensi untuk dijadikan sebagai katalis tekanan rendah untuk proses konversi CO2 menjadi metanol. Tentu saja masih banyak hal yang perlu diungkap untuk mencapai target ini. Rencana penelitian yang akan kami lakukan selanjutnya adalah (1) mempelajari efek material penyangga (logam oksida), dan (2) mencari ukuran cluster dan komposisi terbaik untuk paduan subnanometer cluster Pd-Ni.
Referensi terkait:
- Adhitya Gandaryus Saputro*, Arifin Luthfi Maulana,Fadjar Fathurrahman, Ganes Shukri, Muhammad Haris Mahyuddin, Mohammad Kemal Agusta, Triati Dewi Kencana Wungu, Hermawan Kresno Dipojono, “Density functional and microkinetic study of CO2 hydrogenation to methanol on subnanometer Pd cluster doped by transition metal (M= Cu, Ni, Pt, Rh)”, International Journal of Hydrogen Energy, 2021
- Adhitya Gandaryus Saputro*. Putra, Arifin Luthfi Maulana, Muhammad Unggul Karami, Mochamad R. Pradana, Mohammad Kemal Agusta, Hermawan Kresno Dipojono, and Hideaki Kasai, “Theoretical study of CO2 hydrogenation to methanol on isolated small Pdx clusters,” J. Energy Chem., vol. 35, pp. 79–87, 2019.